Masyarakat Indonesia cenderung berbondong-bondong berbelanja dan memborong barang pada momen tertentu, contohnya menjelang Ramadan atau Lebaran.
Akibatnya, hukum pasar berlaku.
Harga barang melesat naik ketika permintaan tinggi, yang berakibat barang menjadi langka.
Kestabilan dan kewajaran harga pasar ditentukan salah satunya oleh perilaku berbelanja warga.
Jadi, jangan menjadi langganan korban permainan harga.
Pakar ekonomi dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Imam Prayogo, membenarkan perilaku berburu barang atau komoditas berpengaruh pada sentimen harga di pasaran.
Mahasiswa program doktor di Fakultas Ekonomi Undip itu pun menyarankan masyarakat bijak berbelanja.
BI Sebut Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nasional Capai 5,3 Persen “Setelah memastikan barang yang akan dibeli merupakan kebutuhan (bukan keinginan), kemudian pertimbangkan skala prioritas,” katanya.
Agar tidak menjadi korban permainan harga, masyarakat perlu bersiasat dalam memperoleh barang yang dibutuhkan.
Berikut sejumlah langkah yang dapat dipertimbangkan.
Lakukan:1.
Pemilihan waktu belanja perlu diperhatikan.
Pilih waktu berbelanja pada low season agar nyaman, tidak tertular kepanikan dalam hiruk-pikuk keramaian sehingga dapat memilih barang dengan tenang dan teliti.
Wuling Bagikan Logam Mulia untuk Pemenang Program Exciting Ramadan Sale 2.
Berpikir antimainstream dengan memilih barang-barang substitusi yang tidak banyak diburu orang.
Dengan begitu tidak banyak pesaing untuk memperolehnya.
3.
Incar barang sepi peminat.
Dengan berbelanja saat low season, konsumen dapat leluasa melihat-lihat barang terlebih dulu sebelum memutuskan membeli.
Dalam proses pencarian itu, kadang bisa menemukan barang bagus namun tidak dikerubuti orang karena luput dari perhatian.
Bila sedang beruntung, Anda dapat memperoleh barang bagus dengan harga tidak mahal.
Hindari:1.
Tidak perlu menjadi pengikut tren, tentukan dan ciptakan gaya hidup sendiri agar tidak selalu kalang kabut dalam perburuan barang yang juga diperebutkan banyak orang.
2.
Tertipu promo.
Percayalah, dalam perniagaan hampir tidak ada yang tulus memberi diskon.
Diskon hanya istilah penggoda untuk konsumen, itu hanya trik pemasaran.
Biasanya harga barang diskon telah dinaikkan terlebih dulu lalu seolah-olah ada potongan harga, yang angka akhirnya adalah harga standar barang tersebut.
Barang diskon biasanya untuk menghabiskan stok gudang karena telah mendekati masa kedaluwarsa atau bisa juga karena ada cacat produksi.
3.
Beli barang dengan harga naik tak wajar.
Bila harga suatu komoditas telah melambung tinggi melampaui batas kewajaran, maka tinggalkan.
Jangan memaksakan membeli barang itu, sesekali beri pelajaran pada spekulan.
Pilihan Editor: Tips Belanja Cerdas Jelang Ramadan agar Tak Dipermainkan Pedagang